Menoken Jendranath di Mamta

 

Halo!


Ini catatan mengenai perjalanan menoken Jendranath bersama dengan Komunitas Noken Mamta di 2 wilayah adat yakni Bhuyakha dan Namblong. 


Sekilas informasi, Jendranath merupakan sebuah simpul pemasaran, perdagangan, dan pengetahuan produk komunitas masyarakat adat dan komunitas lokal diseluruh nusantara sejak 2019 dan menoken adalah  tindakan merajut, membangun, dan memperkuat wadah untuk menghubungkan komunitas, produk, pengetahuan, dan solidaritas. 


Dengan demikian menoken ini didasarkan sepenuhnya pada filosofi noken itu sendiri, yaitu kasih kerahiman, rajutan solidaritas, kekuatan dalam kelenturan, kedayagunaan, keterbukaan, memelihara kehidupan.


Ceritanya sepanggal-sepanggal tapi semoganya berkesan untuk kalian semua dan yang ingin ku tunjukkan adalah sebanyak itu warna pengalamanku pindah ke Papua, belajar tentang banyak “ jangan disebutkan satu-satu nanti jadi setebal buku kisi-kisi ujian nasional, hahaha”


“Oh ya!, aku juga sisipkan link untuk informasi lebih jelas dan terperinci, karena tidak cukup kalau mau ditulis disini semua. Well for this thanks to google for its innovations 👍”


Oke kita runut satu-satu perjalanannya ya! mulai dari,



Menoken @ Hena Uwakhe Imea Community Learning Centre (Kampung Hena-Sentani Kota)


halaman Hena Uwakhe Imea CLC 

Ya!, dari gambarnya memang senyaman dan seteduh itu Rumah Mama Agustha yang saat ini dikelola menjadi Community Learning Centre bagi komunitas Noken Mamta dan Komunitas lainnya di Jayapura.


Hari itu setelah menikmati pangan lokal yakni papeda, papeda bungkus, ikan kuah, dan ubi-ubian yang dikenalkan oleh Mama Agustha, kami membuat kerajinan gantungan kunci dari buah Hanjeli/Jali.


Mama Agustha juga banyak bercerita tentang Hena, Kerajinan khas Papua tas kulit kayu dari Kampung Asei, Noken, dan kegiatan di CLC.


8

Menoken @ Bukit Yotoro (Kampung Kwadeware - Waibu)


pemandangan dari bukit Yotoro ke arah pegunungan Cycloop


Lanjut sorenya bersama Kaka Anthon Marweri Ketua Pemuda Yotoro kami ngobrol-ngobrol di bukit Yotoro, “lihat fotonya deh 😍” .


Kaka sumo juga cerita tentang camping ground di bukit Yotoro dan penghijauan di bukit, serta melakukan monitoring tanaman kelor yang ditanam bersama pada Agustus 2022.


“For everyone informations, bukit ini sedang diupayakan bersama-sama untuk menjadi lebih hijau, mencegah pengikisan tanah yang kalau dibiarkan lama-lama bukit Yotoro akan hilang, padahal pulau yotoro ini adalah pulau besar di danau Sentani



Menoken Gerabah dan Ekowisata @  Kampung Abar - Ebungfauw 



POV kampung Abar dari Jonson



Esoknya, menjelang siang hari kami bersiap menyebrang ke Kampung Abar dari dermaga Yahim, panasnya matahari tidak memudarkan semangat kami, kami menaiki Jonson (sebutan lokal bagi perahu mesin di danau Sentani).


Session 1 bersama Bapak Naftali - Ketua Kelompok Gerabah Titian Hidup


Ini bukan kali pertamaku ke kampung Abar, bisa dibilang cukup sering aku berkunjung, disini Om Naf begitu aku memanggil Bapak yang selalu menyambut dengan hangat setiap kali berkunjung ke pulau ini. 


TMI : beliau selalu rebus pisang setiap kali aku kesana dan selalu bilang, “ini pisangnya, makan yang banyak” .


Hari itu baru sampai, seperti biasa langsung merapat dirumah Om Naf lalu lanjut teman-teman Jendranath perkenalan diri, lalu Om Naf cerita banyak tentang kampung Abar, sempe, gerabah, tanah liat, budaya makan  papeda, motif disempe, situs budaya.


pemandangan dari balkon belakang rumah om Naf


Lalu teman-teman Jendranath menambahkan diskusi ringan tentang marketing, sosial media, bisnis ber-etika, dan sampah plastik yang jadi concern kita semua.



"kalau kalian lihat ada foto ditulisan ini yang masih ada plastiknya, ya kita semua masih kecanduan dengan penggunaan plastik, tapi kita harus dengan sadar mengupayakan bagaimana menggunakannya dengan lebih bijak dan sesuai kebutuhan, agree ya 😎".



Session 2 Kelas Gerabah (Sempe) bersama Kelompok Gerabah Titian Hidup 



Kaka Ati sedang menghaluskan Sempe



Mencoba kelas gerabah (sempe) bersama kelompok gerabah titian hidup dipandu kaka ati dan kaka agu bersama om naftali. Aku tipe yang sangat bar-bar , tapi megang tanah liat itu quite healing for me personally.


Tanpa berlama-lama, sekarang kita masuk ke tahapan nya:


  • Tanah liat yang disiapkan seukuran sempe (tanah berwarna coklat terang, tekstur nya sangat halus dan lembut)
  • Dibuat bentuk bulat dengan menepuk-nepuk segala sisi
  • Lalu perlahan bentuk seperti mangkuk
  • Kemudian dilebarkan perlahan dan ditambahkan tanah liat sedikit demi sedikit untuk menambah ketinggian sempe
  • Lalu haluskan diatas mesin putar
  • Gerabah lalu dikeringkan dengan diangkn-anginkan sampai setengah kering selama 4-5hari lalu di bakar di oven atau manual (menggunakan kayu dan pelepah kelapa) selama 20menit
  • Gerabah yang kering siap digunakan sesuai kebutuhan


Proses pengambilan tanah liat yang dipakai kampung Abar , berada di sebuah tempat namanya Aumambe. Terletak di bukit belakang Kampung Abar , berjarak sekitar 2km dari perkampungan.


Terdapat 4 jenis tanah yakni warna coklat terang, coklat tua, hitam, dan putih. Untuk pengolahan tanah menjadi bahan gerabah yakni, tanah yang diambil di pisahkan dari batu dengan cara diendapkan dengan air lalu di tapis dengan alat.



Session 3 Menoken bersama Kelompok Ekowisata Kampung Abar



Duduk bersama di lapangan Volley


Malam hari saat semua pekerjaan di kampung sudah selesai, kami berkumpul di lapangan volley untuk saling mengisi noken satu sama lain bersama kelompok ekowisata kampung Abar.


Dibawah langit indah hari itu, banyak banget yang kita diskusikan dari ekowisata, resiko dan keuntungan sebuah tempat dikembangkan menjadi tempat wisata, management usaha, pemasaran melalui sosial media dan pengemasan cerita mengenai potensi komoditas baik jasa maupun produk.


Lalu dikenalkan mengenai situs Menhir Kulutyauw , untuk detail nya lanjut dibawah 😉


Situs Menhir Kulutyauw @Kampung Abar


Situs Kulutyauw


Pagi itu jam 8 kami berjalan 1,38 km keluar dari perkampungan warga bersama om Naf , kami menyusuri perbukitan selama hampir sejam ke Kulutyauw, sambil berbekal sebotol air, roti tawar, dan selai coklat, mantap! 😍


Nama Kulutyauw diambil dari kata kulu yakni sejenis kerang kecil yang sudah membusuk dan yauw yang artinya dataran.


Ceritanya zaman dahulu suku awal bernama hawa datang dari selatan sampai di kampung abar tepatnya 8 generasi yang lalu kesini.


Ini merupakan tempat pengambilan tanah liat pertama , namun saat ini tempat nya sudah tertutup kembali dengan tanah, karena sudah tidak digunakan.



Menhir di Kulutyauw 

Dari cerita om Naf, penelitian pernah dilakukan oleh arkeologi lalu menyebutkan bahwa batu-batuan yang ada merupakan meja batu (menhir) yang dahulu dipakai untuk sembahyang , terdapat juga jalan arwah yang dipercaya dipakai untuk ritual zaman dahulu, juga ada bekas  tempat bakar batu di lokasi tersebut.


Menoken @Kebun Tuli Yotoro bersama Pemuda Yotoro dan Komunitas Tuli Jayapura 



mesin traktor sedang membajak tanah di kebun



Seperti hari-hari biasanya dikebun, para petani milenial di kebun tuli yotoro (petani milenial, sebutan untuk petani muda) semangat mempersiapkan lahan untuk ditanam jagung. Hari itu mesin traktor sedang membajak lahan.


Kami ketemu teman-teman dikebun , nah dikebun ini ada teman-teman dari Komunitas Pemuda Yotoro dan Komunitas Tuli Jayapura. Mereka membuat kebun yang inklusi, kerjasama teman dengar dan teman tuli dan memberi nama Kebun Tuli Yotoro, tempatnya di Toware-Kampung Kwadeware-Sentani Barat.




petani milenial kebun tuli yotoro sedang menanam bibit jagung dikebun


Teman-teman Jendranath berkenalan dengan teman-teman di kebun lalu berbagi tentang menanam, pangan lokal dan pengemasan.


Kami berhenti dan bercerita sebentar saja, karena harus lanjut ke Namblong dan hari itu juga sudah hampir sore, kami pun lanjut.



Menoken Ekowisata BUMMA Namblong @Kampung Berap


hutan di kampung Berap


Kami sampai di kampung Berap saat senja, disini kami bertemu seluruh penggerak ekowisata di kampung ini , lalu cerita banyak tentang ekowisata yang sedang dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Masyarakat Adat Namblong (salah satu suku di yang tinggal Lembah Grime-Papua).


Tepatnya di kampung Berap, distrik Nimbokrang, Papua. Mereka mengembangkan 4 obyek wisata menjadi paket wisata berap 3hari 2 malam termasuk didalamnya yakni penginapan dirumah warga, pangan lokal, legenda cendrawasih, legenda goa kelelawar, dan legenda kali biru.


Reminder: gamau tahu kalau kesini harus coba sagu bakarnya! pakai isian coklat, pas diminum sama teh , pokok nya 😋


Legenda Cendrawasih


Ktuku


Pagi datang dan kami terlambat bangun karena hujan (jangan dicontoh). Bapa-bapa di kampung sudah menunggu dirumah bapak Thomas untuk mengantar kami birdwatching.


Kami berjalan 3km dari start point menuju birding spot dinamakan ktuku dalam bahasa Namblong yakni nama dari salah satu jenis sagu berduri) disana kami menonton burung cendrawasih kuning kecil . Trek yang dilewati yakni menanjak, melewati sungai, dan turunan bukit. Namun semuanya terbayar penuh saat mendengar kicauan cendrawasih. 



Beberapa dari kami tidak ikut karena kelelahan, spot selanjutnya adalah bungali dibaca bungari yang artinya kali cendrawasih. Berasal dari kata bu yang berarti air dan ngali yang berarti burung, cendrawasih, cantik


Bungali


Cerita dari warga setempat adalah pohon kayu besi tempat bermain cendrawasih (Ktuku) merupakan tempat asli bermainnya cendrawasih dan dipercaya air terjun (Bungali) merupakan milik cendrawasih tersebut, air sungai dan air terjun itu tidak akan kering, namun jika cendrawasih itu pergi dari Ktuku maka air di Bungali akan mengering lalu berdampak ke kali biru juga akan ikut mengering.


Goa Kelelawar


Keru Demo Mai

Dalam bahasa Namblong tempat ini disebut keru demuo mai yang berasal dari kata demu yang artinya lubang batu, goa dan kata keru yang artinya kelelawar.


Tempat ini berjarak 1km dari tempat legenda cendrawasih, berbeda dengan trek yang ditawarkan di legenda cendrawasih, disini trek yang dilewati penuh bebatuan.


Tempat ini merupakan tempat berburu kelelawar dimana kelelawar diambil untuk kegiatan pesta seperti natal



Legenda Kali Biru


menikmati kali biru di atas ban pelampung 


Sebelum merasakan segar nya kali biru kami mengikuti jalur trekking sepanjang 0,5km melewati tanah yang basah


lalu menikmati indah dan asrinya kali biru dengan mengarungi sungai selama 40menit diatas ban pelampung.


Menoken Ekowisata di Isyo Hills @Kampung Rhepang Muaif - Nimbokrang 


Penginapan Isyo Hills 


Bertemu teman-teman di Isyo Hills, bercerita awal mula menginisiasi ekowisata dengan pengelolaan hutan adat oleh masyarakat langsung, lalu lanjut mendengarkan cerita dari Alex Waisimon tentang perjalanan mengembalikan ekosistem hutan dan satwa, tak lupa ia berbagi mengenai penggunaan bahan bekas dan lahan yang dianggap kurang bernilai menjadi tempat wisata yang saat ini sudah berjalan selama 8 tahun sejak 2015.


Disana kami melihat, mendengar, dan menonton di alam langsung 12 antena dan Cendrawasih kuning kecil , jejak babi, dan sarang ayam hutan


Menoken Vanilla bersama BUMMA Namblong



Session 1 @Rumah Pengeringan Vanilla BUMMA Namblong - Kampung Nimbokrangsari


Rumah Pengeringan BUMMA Namblong

Disini ada Mama Ribka , Bapa Ben, dan teman-teman BUMMA Namblong lainnya yang sedang mengembangkan komoditas vanilla di wilayah adat Namblong bersama Unit Usaha Vanilla - BUMMA Namblong


Rumah pengeringan yang berdiri kokoh sudah mengolah vanilla dengan proses pengeringan, serta menjadi pusat belajar sistem baru yang dikembangkan yakni pemanfaatan pekarangan rumah menjadi kebun vanilla 



Session 2 di kebun Vanilla @ Kampung Sanggai 


Vanilla dikebun


Setelah itu kami lanjut mengunjungi kebun vanilla di kampung sanggai. Petani Vanilla di Namblong rata-rata menanam vanilla dikebun dekat hutan, jauh dari rumah. Sehingga untuk menuju ke kebun rata-rata petani harus berjalan beberapa km.



Oke, sekian potongan-potongan cerita dari menoken bersama teman-teman Jendranath di Mamta. Semoga saat membacanya kalian juga dapat menikmati dan merasakan langsung perjalanan ini 🫶.



NB : foto-foto yang ada di tulisan ini merupakan foto-foto yang didapatkan dari teman-teman noken mamta , petani milenial di kebun tuli, dan juga teman-teman Jendranath.  Semoga berkenan foto-foto nya ku pakai ditulisan ku ini ya . LUV 🤍, juga tolong dimaafkan jika ada kesalahan dalam penulisan nama.


Salam paling hangat,

NW🌻

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.